Tuesday 19 July 2016

Short Story: Kisah Burung Dara


Berada dipuncak pohon tertinggi di lembah pegunungan itu, bertengger seekor burung dara putih dewasa. Dari situ ia bisa melihat ke segala penjuru, mulai dari sungai yang membelah lembah, deretan pohon pinus, padang rumput luas satu-satunya dilembah itu, dan bahkan deretan pegunungan yang menglilingi lembah itu.
Disini, hidup seolah indah, maksudku, makanan berlimpah, tempat tinggal yang nyaman (kecuali badai datang), dan beberapa tetangga yang bisa diajak mengobrol. Seakan keadaan setiap harinya dilembah ini aman dan damai. Mereka menamai lembah itu Shorty-Valley, aku  tidak tau sejarahnya sampai mereka menamainya demikian.
Burung dara putih tadi namanya John. Dia adalah anak bungsu  dari lima bersaudara. Dia merupakan anak yang paling ceria dan sering di nilai paling nakal.
Hidup sebagai burung dara, mereka memiliki peraturan nya sendiri, seorang anak tidak boleh meninggalkan sarang sampai dia sudah benar-benar bisa mencari makan sendiri dan terbang sejauh satu mil. Mereka tidak boleh terbang terlalu jauh sebelum berusia sepuluh tahun atau kalau usia rata-rata mereka lima belas tahun, maka lima tahun tersisa merupakan pilihan bagi tiap individu apakah akan tetap tinggal dirumah atau pergi kemanapun sesuka hati.

Kemudian sebagai tambahan, mereka diwajibkan tinggal disekitar orang tua atau keluarga mereka, tinggal dipohon yang sama saat mereka masih baru lahir, dan bahkan kawin dengan tetangga sesama burung dara adalah ide yang dihormati.
Beberapa hari belakangan John sudah berlatih sangat giat untuk penerbangannya, diaberlatih dibagian utara lembah dimana hanya terdapat bukit-bukit terjal berbatu, dia melakukannya sendirian. Meskipun berdasarkan usia, John sudah dikatakan bisa pergi terbang jauh keluar dari lembah sesuai tradisi, namun keluarga nya membutuhkannya, mereka adalah keluarga yang sangat loyal, kebersamaan adalah segalanya, bahkan dengan jumlah lima kakak-beradik, John tetap harus berada dipohon dimana ia dilahirkan, dia harus menjaga sang Ibu. Ayah mereka sudah lama meninggal, sebelum John dan saudara-saudarinya menetas, sehingga sekarang Ibunya tidak bisa terlalu lama berpisah dengan anak-anaknya.
Hal yang membuat gusar John beberapa hari belakangan tampaknya mulai menjadi ancaman baginya. Setiap hari, John bangun tepat pukul lima pagi, pergi minum dan mencari sarapan, kemudian kembali ke pohonnya, bertemu dengan saudara-saudarinya, kemudian terbang untuk makan siang dan kembali lagi ke pohon, kadang menghabiskan waktu bercerita dengan tetangga-tetangganya. Hal ini berulang setiap harinya membuat John yang sudah berusia sebelas tahun mulai merasa sangat bosan akan rutinitasnya, dia ingin sesuatu yang baru.
Kakek John suatu hari pernah bercerita tentang dunia luar yang berada dibalik pegunungan, dimana padang rumput terhampar lebis luas berkali-kali lipat dari padang di Short -Valley, tentang biji-bijian dan buah-buahan yang tumbuh di hutan yang lebih besar, dan kumpulan-kumpulan air yang selalu bergerak setiap saat, terbentang luas di dunia luar yang luas itu. Semuanya terdengar mengagumkan bagi John, kakeknya bahkan mengatakan bahwa udara di balik pegunungan lebih segar dan kau tidak bisa memperkirakan batas bentang alamnya karena sangat luas.
Menjadi seekor burung dara adalah sesuatu yang tidak lebih beruntung dari colibri, maupun bebek sekalipun. Para colibri bisa terbang tinggi melewati pegunungan di Short-Valley untuk mencari bunga baru, atau bebek yang bisa terbang keluar lembah beberapa kali dalam setahun untuk bermigrasi. John sering berpikir mengapa dia tidak jadi seekor colibri saja? Meskipun mungil namun bisa sangat bebas, berbeda dengannya.
Menjadi burung dara ada keuntungannya sendiri, semisalnya mereka biasa mendapat suatu kehormatan sebagai warga teladan, ketika para tetangga sesama burung pergi terbang jauh bermigrasi, para burung dara biasanya akan  menjadi pengawas sarang yang di tinggal. Kemudian mereka juga pemakan segala, sehingga tidak sering kekurangan sumber makanan, dan ide untuk keluar dari lembah adalah hal yang konyol.
Seekor burung dara juga memiliki beberapa tradisi turun-temurun, yaitu ketika berusia tiga belas tahun sejak menetas, mereka harus atau diwajibkan terbang berkelana ke daerah selatan mengikuti angin utuk sampai di padang pertemuan.  Disana, mereka akan berpesta makan bii-biji an dan bertemu dengan kerabat sesama burung dara dari daerah lain di dunia luar. Namun, pesta di padang pertemuan hanya berlangsung selama tiga hari, dan setelah  itu, mereka semua harus pulang ke rumah masing-masing, ke pohon yang sama dilembah. Dan untuk hal navigasi,  juga adalah salah satu keterampilan burung dara yang berharga.
Suatu hari John seperti biasa, ketika matahari segera akan hilang di peraduannya, sedang berkumpul bersama teman-temannya.
“Aku akan  ke padang rumput di dunia luar.” Kata John
“hah? Apa kau berkhayal?” sergah sang Musang
Seketika gelak tawa terdengar dari teman-temannya, John lebih terbakar api semangat. Hal tersebut malah membuatnya semakin yakin.
“ayolah John, dunia luar sangat kejam, apa kau tidak pernah dengar cerita dari si tua Burung hantu?”sambung sang Landak.
“aku tau  itu, tapi apa kalian benar-benar mempercayainya?” jawab John.
“tentu kami percaya, iya kan? Bahkan beberapa penghuni lembah yang nekat keluar tidak pernah kembali lagi ke surga ini.” Tambah sang landak.
“itu hanya mitos, mungkin mereka benar-benar sudah mendapat rumah yang lebih baik dari disini, iya kan?” kata John.
“kata ayah ku, Elang itu bisa menyambar mu bahkan sebelum kau  menyadari kepakan sayapnya.” Kata sang Pelanduk.
-
“kamu  mau kemana Nak?” sang Ibu bertanya namun tetap sibuk dengan masakannya.
“aku” jawab john “akan berkelana Bu, aku akan pergi ke luar Short-Valley”
Sang Ibu pun langsung berbalik arah dan menatap wajah anaknya dengan serius, dan baru kali ini Ibu  nya melakukannya.
“berkelana?”
“Iya.”
“Oh John” kata Ibu nya, lalu seketika matanya berkaca-kaca “apa yang terjadi Nak?”
“seperti biasa Bu, maksudku, hari ku berjalan seperti biasanya, tak ada yang terluka atau marah, hanya hari-hari ku berjalan seperti biasa dan biasa Bu.”
“apa maksud mu Nak?”
“aku ingin melihat dunia diluar sana Bu, aku ingin merasakan angin dunia luar sana, aku ingin pergi mencari anak sungai yang lain, aku ingin sesuatu yang berbeda Bu.” Kata John dengan keyakinan penuh.
“dan bagaiamana dengan hidup mu disini? Bagaimana keluarga mu?”
“maaf Bu,tapi aku harus keluar dari sini. Jika kalian ingin ikut, akan lebih baik.”
“kau tau dunia luar itu bagaimana John? Dan kemana kau akan pergi, atau tinggal?” suara Ibunya meninggi.
“aku akan mengikuti naluri ku Bu, kemanapun dan dimanapun itu, mungkin aku akan  ke selatan”
“Ayah juga pernah ke dunia luar kan? Lalu mengapa aku tidak bisa?” sambung John.
“mereka membentuk formasi raksasa John, mereka pergi beramai-ramai ke selatan”.
John melangkah menuju sang Ibu, dan memeluknya “aku ingin melihat dunia diluar sana, Bu”
Namun, sang Ibu tetap gigih dengan ketidaksetujuannya, dia takut akan  terjadi apa-apa terhadap anaknya.Dan lagi-lagi, John tidak merubah niatnya.
Malam itu John sudah membulatkan tekadnya, dia akan pergi pada pagi hari.
-
Pagi itu dia sudah  berkeliling ke segala penjuru Short-Valley, dia sudah menyampaikan salam perpisahan kepada keluarga dan teman-temannya. Bahkan mungkin ke setiap makhluk hidup yang ada disana.
Sekaranglah saatnya untuk terbang jauh. Sekaranglah saatnya keluar dari lembah ini, sekarang lah saatnya melihat dunia yang luas!
John mengepakan kedua sayapnya dan  melaju terbang kea rah pegunungan, lebh tinggi dan lebih tinggi lagi.
Tak butuh waktu lama baginya  untuk melewati pegunungan dan untuk pertama kalinya, John sang Burung Dara putih, menghirup udara dunia luar, kedua matanya menatap ke segala arah membiarkan  udara memasuki setiap sela bulunya, membuatnya melayang ke segala penjuru.
John menatap kebelakang, melihat puncak pegunungan dan memikirkan segala kehidupan yang ada dibawah sana, di Short-Valley kini sudah ditinggalkannya.
Seperti mimpinya selama betahun-tahun menjadi kenyataan, John begitu bahagia, bahwa ternyata diluar dugaannya, dunia diluar sini  bahkan lebih luas dan benar bahwa tak terlihat batasannya!
“ini luarbiasa, aku bebas, ini sangat luas!”teriak John.
Dia menari dilangit, melakukan manuver ala burung dara, berputar-putar, menukik, dan  mencoba merentangkan selebar-lebarnya kedua sayapnya.
Hari yang cerah semakin mendukung kesuksesan John, membuatnya terlena akan keindahan pemandangan yang ada di bawahnya. Untuk sesaat, John benar-benar berpesta dengan dirinya sendiri.
Sebelum seekor elang Falcon yang tak  terlihat terbang dengan kecepatan penuh menyambarnya, mencengkeram leher burung dara itu, dan membawa nya sebagai makan siang ke sarangnya diarah selatan. BS
This short-story was began writing on July10, 2016 and finished on July 17th.

No comments:

Post a Comment